Kepulauan Indonesia dulunya merupakan rumah bagi tiga subspesies harimau yang berbeda, masing-masing merupakan simbol megah dari keanekaragaman hayati negara ini. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) berkembang biak di seluruh kepulauan Indonesia. Mereka melambangkan alam liar pulau Sumatra, Bali, dan Jawa, masing-masing, sampai kita menggiring dua subspesies terakhir menuju kepunahan selama abad terakhir—atau begitu kami pikir, sampai sehelai rambut harimau baru-baru ini muncul dari hutan Jawa Barat.

Secara historis, harimau-harimau ini memainkan peran penting dalam ekosistem pulau tropis ini. Namun, jalannya abad ke-20 menandai periode kelam bagi harimau Indonesia, dengan aktivitas manusia yang menyebabkan penurunan drastis dalam populasi mereka.

Pada tahun 2008 dan 2013, Daftar Merah IUCN, inventaris global status konservasi spesies biologis, secara resmi menyatakan Harimau Bali dan Jawa punah, korban malang dari penghancuran habitat, perburuan liar dan konflik manusia-harimau. Harimau Bali menghilang pada tahun 1940-an, sementara pengamatan terakhir yang dikonfirmasi dari Harimau Jawa terjadi pada tahun 1970-an. Ini meninggalkan hanya Harimau Sumatera, dengan perkiraan populasi kurang dari 400 individu, sebagai satu-satunya subspesies harimau yang selamat di Indonesia.

Seberkas harapan berkedip pada tahun 2019, dekat desa Cipendeuy di jantung berhutan Sukabumi Selatan, Jawa Barat, di mana seorang warga lokal dan konservasionis, Ripi Yanur Fajar, mengklaim telah melihat Harimau Jawa. Untuk menambah kredibilitas observasi Fajar, para peneliti juga menemukan sehelai rambut bersama dengan bekas cakar dan jejak kaki.

Analisis ini dilakukan bersamaan dengan perbandingan dengan beberapa helai rambut yang dikumpulkan dari Harimau Sumatera yang tinggal di provinsi Sumatera Utara. Tujuannya adalah untuk membandingkan secara teliti urutan genetik dari sampel-sampel ini untuk menentukan apakah rambut yang ditemukan dekat Cipendeuy memang milik Harimau Jawa yang sudah lama dianggap punah.

DNA mitokondria dari rambut tersebut menunjukkan kesamaan genetik yang signifikan dengan spesimen Harimau Jawa yang disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, yang bertanggal kembali ke tahun 1930, lebih dari pada subspesies harimau lainnya. Bukti yang meyakinkan ini menunjukkan bahwa rambut tersebut memang milik Harimau Jawa, Panthera tigris sondaica, menawarkan bukti genetik pertama dalam beberapa dekade bahwa harimau tersebut mungkin masih ada, tersembunyi di dalam kedalaman hutan Jawa.

Penemuan Ini Mempunyai Efek Mendalam Pada Upaya Konservasi Global
Meskipun penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengonfirmasi apakah Harimau Jawa masih bertahan di alam liar, makalah ini menekankan pentingnya penemuan ini, tidak hanya untuk kemungkinan kelangsungan hidup Harimau Jawa tetapi juga untuk implikasi yang lebih luas dari konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia dan secara global. Ini menyoroti pentingnya studi genetik dalam konservasi satwa liar, menawarkan jalur untuk mengonfirmasi keberadaan spesies yang dianggap punah atau hampir punah.

Krystian Wiśniewski
Krystian Wiśniewski is a dedicated Sports Reporter and Editor with a degree in Sports Journalism from He graduated with a degree in Journalism from the University of Warsaw. Bringing over 14 years of international reporting experience, Krystian has covered major sports events across Europe, Asia, and the United States of America. Known for his dynamic storytelling and in-depth analysis, he is passionate about capturing the excitement of sports for global audiences and currently leads sports coverage and editorial projects at Agen BRILink dan BRI.