Dua merek mobil Jepang, Honda dan Nissan, sedang menjajaki potensi merger, yang menandai perkembangan signifikan dalam industri otomotif.

Dalam pernyataan bersama pada hari Selasa, perusahaan mengkonfirmasi diskusi yang sedang berlangsung tetapi tidak memberikan rincian, termasuk jadwal atau rincian tentang apa yang mungkin terjadi dalam merger.

Pernyataan tersebut berbunyi, “Seperti yang diumumkan pada bulan Maret, Honda dan Nissan menjajaki berbagai kemungkinan kolaborasi di masa depan, memanfaatkan kekuatan masing-masing. Jika ada pembaruan, kami akan menginformasikannya kepada pemangku kepentingan kami pada waktu yang tepat.”

Laporan awal perundingan tersebut diterbitkan oleh Nikkei pada hari Selasa, memicu spekulasi di seluruh industri. Honda dan Nissan juga mengungkapkan bahwa Mitsubishi terlibat dalam diskusi awal ini, yang berpotensi memperkenalkan produsen mobil besar Jepang ketiga ke dalamnya.

Meskipun Mitsubishi belum memberikan komentar, kemungkinan merger ini menandakan penataan kembali strategis di sektor otomotif Jepang.

Pembicaraan ini dilakukan ketika Honda dan Nissan menghadapi tantangan yang semakin besar di pasar global. Pada bulan Maret, pembuat mobil mengumumkan kolaborasi pada kendaraan listrik, diikuti dengan kesepakatan pada bulan Agustus untuk mengerjakan teknologi baterai.

Namun, kedua merek tersebut kesulitan mempertahankan pijakan mereka di pasar Tiongkok yang kompetitif, yang kini didominasi oleh merek dalam negeri yang menawarkan nilai lebih baik dan teknologi kendaraan listrik canggih.

Tantangan Nissan lebih dari sekadar kinerja pasar. Perusahaan ini masih dalam masa pemulihan dari dampak keluarnya mantan CEO Carlos Ghosn secara dramatis, yang mengganggu aliansinya dengan Renault dan Mitsubishi.

Aliansi yang dulunya merupakan kemitraan global yang kuat ini melemah secara signifikan setelah Renault mengurangi kepemilikan sahamnya di Nissan. Secara finansial, perusahaan melaporkan penurunan pendapatan operasional yang mengejutkan sebesar 90% antara bulan Maret dan September.

Menurut CNN, meski skalanya lebih besar, Honda menghadapi kendala tersendiri. Perusahaan ini telah berjanji untuk hanya menjual kendaraan tanpa emisi di pasar-pasar utama pada tahun 2040, namun masih kesulitan mencapai tujuannya. Faktor-faktor seperti rendahnya harga bahan bakar, infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai, dan persaingan yang ketat telah memperlambat adopsi kendaraan listrik di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa.

BACA JUGA CERITA TERATAS DARI TRIBUNE NIGERIA

Sumber

Wisye Ananda
Wisye Ananda Patma Ariani is a skilled World News Editor with a degree in International Relations from Completed bachelor degree from UNIKA Semarang and extensive experience reporting on global affairs. With over 10 years in journalism, Wisye has covered major international events across Asia, Europe, and the Middle East. Currently with Agen BRILink dan BRI, she is dedicated to delivering accurate, insightful news and leading a team committed to impactful, globally focused storytelling.