Kaum muda berada di garis depan di Markas Besar PBB pada hari Jumat, menjelang KTT Masa Depan – sebuah kesempatan unik bagi para pemimpin dunia untuk mengatasi tantangan global saat ini dan masa depan, sambil memodernisasi lembaga-lembaga internasional yang sudah ketinggalan zaman. KTT ini menyediakan platform penting untuk memperkuat suara kaum muda dalam sistem multilateral, memposisikan mereka sebagai pemain kunci dalam mendorong kerja sama global ke depan.

Kaum muda, dengan perspektif segar dan ide-ide berani mereka, menantang pemikiran konvensional, meminta pertanggungjawaban para pemimpin, dan mengadvokasi kesejahteraan generasi mendatang. Hari-hari Aksi, yang dipimpin oleh Kantor Pemuda Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimulai dengan sore yang dipimpin oleh kaum muda, menyatukan para pemangku kepentingan dengan tema “#YouthLead for the Future: Kami percaya pada janji dunia yang lebih baik untuk semua,” untuk membangun momentum bagi KTT mendatang.

Kemarin saya mendapat kesempatan luar biasa untuk menyaksikan secara langsung energi, semangat, dan komitmen para pemimpin muda dari seluruh dunia. Terlibat dalam diskusi yang menggugah pikiran dan sesi-sesi kolaboratif, saya terinspirasi oleh ide-ide inovatif dan tindakan berani yang disajikan oleh para pembuat perubahan muda. Saat merenungkan pengalaman ini, saya sangat antusias untuk berbagi lima hal penting yang saya peroleh dari pertemuan puncak tersebut, yang menyoroti peran penting pemuda dalam membentuk masa depan tata kelola global dan pembangunan berkelanjutan.

Pertemuan puncak tersebut menekankan bahwa pemuda bukan sekadar pemimpin masa depan, tetapi juga pembawa perubahan masa kini. Pertemuan tersebut menyerukan keterlibatan aktif kaum muda dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal, nasional, dan global. Dengan memastikan bahwa suara pemuda didengar dalam diskusi politik, sosial, dan ekonomi, energi, kreativitas, dan perspektif segar mereka dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengatasi masalah global seperti perubahan iklim, kesenjangan, dan pembangunan perdamaian. Keterlibatan ini berarti lebih dari sekadar konsultasi—pertemuan ini melibatkan penciptaan platform bagi pemuda untuk memimpin inisiatif, ikut menciptakan kebijakan, dan mendorong inovasi menuju solusi berkelanjutan.

Pertemuan puncak tersebut menyoroti tantangan berkelanjutan berupa kesenjangan dan pengucilan yang dihadapi oleh pemuda dari komunitas terpinggirkan, termasuk anak perempuan, pengungsi, dan mereka yang berasal dari daerah pedesaan. Ditekankan bahwa menciptakan masyarakat yang benar-benar inklusif memerlukan penghapusan hambatan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam tata kelola. Ini berarti kebijakan yang tepat sasaran yang menjawab kebutuhan khusus kelompok-kelompok ini, memastikan bahwa semua orang muda memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil, terlepas dari latar belakang mereka. Inklusi tidak hanya dibingkai sebagai keharusan moral tetapi juga sarana untuk membuka potensi penuh setiap masyarakat dengan memanfaatkan bakat semua orang mudanya.

Rangga Nugraha
Rangga Nugraha adalah editor dan reporter berita di Agen BRILink dan BRI, yang mengkhususkan diri dalam berita bisnis, keuangan, dan internasional. Ia meraih gelar Sarjana Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan pengalaman lima tahun yang luas dalam jurnalisme, Rangga telah bekerja untuk berbagai media besar, meliput ekonomi, politik, perbankan, dan urusan perusahaan. Keahliannya adalah menghasilkan laporan berkualitas tinggi dan mengedit konten berita, menjadikannya tokoh kunci dalam tim redaksi BRI.